Sabtu, Januari 26, 2008

Manajemen Waktu Mahasiswa

Oleh: Novan Rahardi

Dunia mahasiswa adalah dunia yang dinamis. Karena kedinamisannya, tak ayal banyak diantara mahasiswa kurang cermat dalam mengatur waktu sehari-hari. Baginya, dunia perguruan tinggi dirasa begitu menyibukkan. Sampai-sampai ada yang stres, merasa tertekan dan pola hidupnya kurang tertata baik. Hal ini disebabkan karena buruknya manajemen waktu mahasiswa.

Seiring dengan semakin tingginya tingkat pendidikan, mahasiswa dituntut untuk memahami ilmu manajemen. Ada berbagai macam buku membahas tentang manajemen. Misalnya, manajemen sumber daya manusia, manajemen keuangan, manajemen kalbu, manajemen diri, dan manajemen waktu. Manajemen menjadi konsep kunci (key concept) dalam sendi kehidupan mahasiswa.

Arti manajemen secara harfiah berasal dari kata maneggio. Maneggio adalah kosa-kata bahasa Italia yang artinya tentang cara melatih kuda untuk melakukan tugas yang diperintahkan manusia.

Menurut kamus bahasa Indonesia, manajemen adalah metode pengelolaan untuk mengusahakan tercapainya suatu tujuan.

Manusia menggunakan manajemen untuk mengatur dirinya agar tercapai suatu tujuan. Dalam konteks manajemen waktu mahasiswa, dapat diartikan sebagai pengelolaan waktu kegiatan guna tercapainya target tujuan akademis.

Gagasan mengelola waktu telah ada lebih dari 100 tahun silam. Sayang, istilah manajemen waktu menciptakan kesan keliru tentang waktu-waktu pribadi yang dikerjakan seseorang. Karena waktu tidak dapat dikelola, waktu tidak dapat dikontrol, waktu berjalan sendiri dan kita hanya dapat mengatur diri sendiri dan waktu yang akan dipakai.

Sebenarnya manajemen waktu adalah mengelola diri sendiri. Sisi menarik disini adalah ketika kemampuan yang kita perlukan untuk mengatur aktivitas akademis sama dengan kemampuan yang diperlukan untuk mengatur diri sendiri. Yakni, kemampuan merencanakan, mendelegasikan, mengatur, dan mengontrol.

Agar proses manajemen waktu berjalan baik, penting bagi tiap mahasiswa untuk mengetahui aspek-aspek prioritas kebutuhannya.

Aspek Akademis

Dalam dunia akademis setiap mahasiswa harus menempuh jumlah SKS (satuan kredit semester) yang telah ditentukan oleh pihak kampus. Saat ini perguruan tinggi di Indonesia baru boleh meluluskan mahasiswanya jika telah menempuh kurang lebih 110 – 152 SKS.

Namun, bagi mahasiswa yang kurang mengatur dengan baik kuliahnya, ia lantas bimbang. Ada kalanya menyesal memiliki nilai Indeks Prestasi yang kurang memuaskan. Kendati akhirnya harus lulus dalam kurun waktu lama, karena harus memperbaiki nilai mata kuliah. Belum lagi masalah psikologis pribadi dan lingkungan menjadi beban berat.

Hal tersebut tidak akan terjadi manakala tiap mahasiswa disiplin membuat jadwal tugas sehari–hari, memiliki buku agenda, dan mengelola setiap risiko yang akan terjadi. Untuk memperbaiki kualitas hidupnya, setiap mahasiswa haruslah mengelola waktu secara bijaksana.

Pengelolaan waktu membutuhkan pendekatan manajemen risiko terhadap keputusan yang diambil. Banyak mahasiswa merasa kesulitan ketika harus berhadapan dengan suatu pilihan. Walaupun pada akhirnya ia menghindar dengan segala alasan.

Sebagai contoh, untuk hal positif, banyak diantara mahasiswa mengorbankan waktu akademisnya untuk menjadi panitia suksesi suatu acara. Selain itu, banyak pula mahasiswa rela cuti kuliah demi kerja sampingan (part timer) dengan tujuan mendapatkan kompensasi setimpal. Ada juga mahasiswa yang sibuk berorganisasi dengan alasan untuk memperkaya pengalaman dan menambah wawasan.

Tetapi banyak pula mahasiswa yang menghabiskan waktu untuk hal negatif. Seperti bergaul dan bercengkrama seharian penuh dengan sesama koleganya, bergadang di malam hari, dan bermain game. Hal tersebut merupakan realitas dinamika kehidupan mahasiswa yang tak bisa dipungkiri.

Hal ini wajar jika setiap pilihan yang diambil hendaknya mampu dikelola dengan baik seluruh risiko dan penuh tanggung jawab.

Beruntunglah bagi mereka yang memiliki strategi tepat untuk mengelola waktu. Yakni, melakukan lebih banyak kontrol waktu dan mengurangi stres. Dengan mencoba menganalisa waktu untuk melihat apa sebab serta solusinya. Ditambah dengan membuat perencanaan masa depan penuh visi dan harapan.

Ada beberapa faktor yang menentukan tercapainya proses manajemen waktu mahasiswa, antara lain,

Pertama, faktor dari dalam diri yang melakukan kesalahan (human error). Faktor ini menjadi faktor utama. Setiap manusia belajar dari kesalahan hidupnya. Dengan manajemen, manusia meminimalisir kesalahan di masa lampau.

Kedua, faktor pandangan hidup (life way). Faktor ini mampu memacu motivasi mahasiswa. Seperti, untuk apa berkuliah, setelah lulus apa yang akan dilakukan? Dengan pandangan hidup yang jelas, tergambar dalam benak sebuah masa depan.

Ketiga, faktor lingkungan kampus. Pada dasarnya lingkungan kampus menjadi barometer kreativitas mahasiswa. Dengan fasilitas kampus yang memadai, mahasiswa mampu menimba ilmu secara otodidak yang kurang didapat di bangku kuliah. Hal ini mempersingkat waktu proses belajar kognitif mahasiswa.

Setelah mengkaji ketiga faktor tersebut, kita tinggal mencermati komponen-komponen yang menjadi bagian tak terpisahkan dalam manajemen waktu mahasiswa.

Aspek Manfaat

Dengan berbagai kesibukan yang menyita waktu mahasiswa. Pada dasarnya hal tersebut menjadikan seorang mahasiswa merasa lebih percaya diri, memiliki perspektif realistis, memiliki social skill yang dinamis dan merasa lebih siap menghadapi masa depan.

Disamping itu, cara berpikir mahasiswa haruslah positif dan optimis. Sebaliknya jika seorang mahasiswa berpikir pesimis akan berdampak manajemen waktunya menjadi kontra produktif.

Dengan manajemen waktu. Mahasiswa memiliki sikap dan pola pikir secara baik. Seperti, perubahan dari kebiasaan berpikir negatif menjadi positif, kebiasaan berpikir jangka pendek ke jangka panjang, mencari-cari masalah menjadi menemukan solusi.

Mahasiswa sebagai bagian inti dari perguruan tinggi. Pada hakikatnya memiliki tujuan utama terhadap pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan pengabdian kepada masyarakat. Selain menjadi lulusan relevan yang siap akan tuntutan pembangunan. Pengembangan aspek intelektual, spiritual, dan kultural bagi sivitas akademika dapat berarti, jika mahasiswa Indonesia memiliki nilai disiplin tinggi mengenai manajemen waktu.


Penulis, mahasiswa Ilmu Informasi & Perpustakaan FIKOM UNPAD


Tidak ada komentar: